Rabu, 14 September 2016

CMS Mandhala: Sistem Manajemen Tempur Laut Kebanggaan Nasional

Condongnya pengadaan alutsista TNI AL ke poros manufaktur Cina membawa pengaruh pada teknologi Combat Management System (CMS). Pasalnya meski sistem senjata modern umumnya menyajikan kompatibilitas antar vendor, namun paket integrasi alutsista yang ditawarkan bakal lebih efektif dan efisien bila berasal dari pemasok asal negara yang sama. Contohnya seperti pada jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) Sampari Class dan Clurit Class. http://medantempur.com






Dengan mengusung senjata utama berupa rudal anti kapal C-705 dan kanon dua laras CIWS (Close In Weapon System) NG-18 kaliber 30 mm, KCR Clurit Class (KCR40) buatan PT Palindo Marine yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 menggunakan CMS buatan Cina. Kemudian KCR Sampari Class (KCR60) buatan PT PAL juga dipersiapkan untuk dipasang CMS dari Cina.

Debut alutsista asal Negeri Tirai Bambu tak hanya menyasar segmen KCR, korvet Parchim Class dalam program retrofit juga mengganti kanon AK-230 ke kanon CIWS tujuh laras Type 730 buatan Norinco. Dengan adopsi jenis kanon dari Cina, maka potensi pasokan CMS dari Cina akan terbuka lebar mengingat bekal sistem radar dan fire control system juga mengikuti bawaan manufaktur.


 Menyesuaikan dengan kebutuhan pasar konsumen, senjata buatan Cina juga lumayan adaptif dan punya interoperabilitas dengan sistem dari NATO. Sebut saja saat rudal anti kapal C-802 menjadi kelengkapan pada frigat Van Speijk Class dan KCR FPB-57 Nav V. Nah yang menarik kemudian bahwa CMS buatan Dalam Negeri, yakni CMS Mandhala dari PT Len ternyata juga dapat mengedalikan rudal C-802, pasalnya CMS Mandhala sejak dua tahun lalu sudah terpasang pada tiga unit frigat Van Speijk, yakni di KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan 354 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355. Selain sebagai pengendali rudal C-802, CMS Mandhala dirancang sebagai pengedali pada kanon OTO Melara 76 mm.

Debut CMS Mandhala kemudian juga diterapkan pada KCR Mandau Class buatan Korea Selatan, yaitu di KRI Mandau 621 dan KRI Rencong 622. Proyek CMS Mandhala juga diteruskan ke KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 Nav II, yaitu KRI Ajak 653 dan KRI Singa 651. CMS Len dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman C & Java, sehingga proses pengembangannya bisa dilakukan lebih cepat (kelebihan bahasa pemrograman Java) tanpa mengorbankan performansinya ( kelebihan bahasa pemrograman C).

CMS Len mendukung berbagai protokol software dan hardware yang umum digunakan pada aplikasi marine seperti serial Interface (RS-232, RS-422, RS-485), NMEA, Synchro/Resolver Interface, TCP / IP, dsb. Selain itu, Len juga siap mengimplementasikan protokol proprietary yang digunakan pada berbagai sistem sensor dan senjata.

PT Len Industri (Persero) selaku BUMN Pertahanan tak sendirian dalam mengembangkan teknologi CMS, Thales Nederland ikut mendukung program CMS PT Len. Besarnya populasi kapal perang TNI AL yang menggunakan solusi sensor dan radar dari Thales Nederland menjadikan ikatan kuat dalam pengembangan solusi yang bersifat strategis. Dalam implementasi pembangunan Perusak Kawal Rudal (PKR) Martadinata Class, PT Len juga diikutsertakan sebagai bagian dari proses ToT (Transfer of Technology), dimana KRI RE Martadinata 331 mengadopsi solusi radar surveillance dari Thales Nederland.

CMS Mandhala yang ditempatkan di PIT (Pusat Informasi Tempur), secara keseluruhan menghadirkan kemampuan seperti:


- Picture Compilation yang menyajikan visualisasi terhadap situasi taktis peperangan yang antara lain     meliputi tampilan track (sesuai dengan simbol-simbol yang digunakan di TNI-AL), peta laut elektronik serta video radar.
- Maneuver/Formasi Gugus Tempur yang meliputi Open/Close at Given Bearing, Open/Close to Given Distance, Stationing, Transit at given distance.
- Fungsi Peperangan Laut yang membantu kegiatan peperangan laut seperti : Plan Cordon (Menyajikan informasi taktik pengepungan sasaran bawah air), Furthest On Circle (Menyajikan informasi pertahananpreventif terhadap ancaman kapal selam), dll.
- Naval Gunfire Support untuk melakukan tembakan bantuan ke darat yang meliputi Direct, Indirect, dan Blind Bombardment.

- Air Control untuk kalkulasi dan menyajikan saran untuk koordinasi dengan unit tempur udara, seperti mengarahkan unit udara pembawa torpedo untuk melakukan penyerangan terhadap kapal selam, memandu pesawat/helikopter ke suatu target untuk melakukan pencegatan (interception), memandu helikopter pada saat helikopter melakukan pendaratan di dek kapal, melakukan konversi koordinat bujur/lintang-georef.
- Fungsi Umum Navigasi seperti Closest Point Approach (CPA), Collision Avoidance, Man Overboard Recovery, Parallel Index, Route Handling (Waypoint).
- Firing Control System untuk melakukan tracking sasaran serta melaksanan penembakan yang meliputi deteksi jangkauan sasaran, kalkulasi sudut cegat, serta stabilisasi pada kubah kanon.
























Rudal C-705 Alami "Delay" Saat Penembakan

Presiden Jokowi saat ngobrol dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmanyo dan KASAL Laksamana TNI Ade Supandi. 

Surabaya - Presiden Joko Widodo (Jokowi)  bergegas berdiri dari kursi khusus di geladak paling atas di KRI Banjarmasin. http://medantempur.com

Tempat dimana Panglima Tertinggi TNI ini menyaksikan langsung jalannya puncak latihan perang TNI AL, Armada Jaya XXXIV 2016 di Perairan Banongan, Situbondo, Jatim.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuju podium dan meraih microphone untuk memberi aba-aba dan komando.
Presiden ketujuh RI ini sangat antusias untuk menjadi saksi kedigdayaan percobaan alat strategis TNI AL ini.
Atas perintah Panglima Tertinggi TNI tersebut, tiga iring-iringan KRI siaga dan siap meluncurkan rudal terbaru yang didatangkan dari China C705.
Rudal dengan daya jangkau sampai 140 KM. Konon harga satu rudal buatan China ini sekitar Rp 20 miliar.
Ketiga KRI itu adalah KRI Celurit 641. Persis di belakangnya KRI Kunjang 642. Jika kapal pertama gagal menembakkan rudal, kapal kedua yang menggantikannya.
Sementara kapal ketiga KRI Layang 635 yangmembawa rudal C805.
Sementara kapal ketiga KRI Layang 635 yang membawa rudal C805.
Usai MC mempersilakan, Jokowi pun mengambil alih komando latihan.
"Pasopati Satu... Di sini Presiden Republik Indonesia. Laksanakan penembakan rudal... " perintah Jokowi melalui pengeras suara.
Presiden asal Solo ini lantas mengambil posisi siap menghitung dimulainya penembakan rudal C705.
"Perhitungan mundur.. 10...9...8...7...6...5...4...3...2...1. Awas ... Tembak!" demikianb perintah Jokowi.
Presiden lantas memusatkan perhatiannya pada iring-iringan tiga kapal pengangkut rudal buatan China.
Dia terus berdiri. Tampak Presiden ini hanya tersenyum nyengir karena hingga hitungan terakhir, rudal gagal diluncurkan.
Setidaknya gagal ditembakkan sesuai waktu.
Dalam skenarionya, rudal itu membidik sasaran di kapal perang lama yang akan dimusnahkan.
Kapal ini posisinya di Selat Karimata atau sekitar 55,5 Km dari perairan Banongan.
Tidak hanya hitungan terakhir Presiden yang berakhir tanpa diikuti peluncuran rudal, perintah menembak rudal C705 juga tak kunjung terealisasi.

Kembali Jokowi pun terlihat tersenyum. Kemudian dia memutuskan kembali dari podium ke kursi awal.
Jokowi kemudian ngobrol dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmanyo dan KASAL Laksamana TNI Ade Supandi.
Keduanya terus mendampingi Jokowi selama latihan perang TNI AL Armada Jaya. Keduanya pula yang menerangkan kondisi dan tujuan latihan perang itu.
Selain keduanya ada Mensegneg Pratikno, Gubernur Jatim Soekarwo dan pejabat kementerian lainnya.
Rencana semula, dalam simulasi latihan perang itu, rudal canggih bisa tepat meledakkan sasaran dalam waktu tiga menit lebih 24 detik.
Namun dalam waktu sekitar lima menit, rudal yang rencana mau dibeli TNI AL ini tidak juga meluncur.
Meski dihitung mundur Presiden juga tak berhasil ditembakkan. Jokowi pun duduk sambil kembali ngobrol satu baris kursi dengan Panglima TNI dan KASAL.
Karena KRI Celurit gagal meledakkan rudal, MC pun mengajak rombongan Presiden untuk melihat KRI kedua, KRI Kunjang. KRI ini yang menggantikan peran KRI pertama karena gagal meluncurkan rudal.
Namun tiba-tiba, suara desingan rudal meluncur dari KRI Celurit, kapal pertama.
Jokowi pun tampak kaget karena kapal pertama yang dinyatakan gagal meluncurkan rudal ternyata delay selama lima menit.
Awak media yang sudah terlanjur mengarahkan kamera ke kapal kedua pun tak bisa mengabadikan rudal ditembakkan dari kapal pertama.




SURYA

TNI AU Akan Gelar Serangan Udara Besar-besaran

Tanggal 29 September 2016 TNI Angkatan Udara akan menampilkan kemampuan demo serangan udara besar-besaran dalam latihan puncak Angkasa Yudha 2016 yang dikemas dalam bentuk Fire Power Demo di Air Weapon Range (AWR), Lanud H. AS Hanandjoeddin, Provinsi Bangka Belitung.

Pangkoopsau I Marsekal Muda TNI Yuyu Sutisna mewakili Dankodiklatau sebagai Wakil Penanggung Jawab Fire Power Demo Angkasa Yudha 2016, memimpin rapat koordinasi latihan puncak TNI AU tahun ini di Makoopsau I, Jakarta, Jumat (9/9/2016). Rapat dihadiri perwakilan pelaku latihan membahas persiapan rangkaian Fire Power Demo 2016. Latihan puncak TNI AU akan mengerahkan kekuatan dan personel dari jajaran Koopsau I, Koopsau II, Korpaskhas, Kodiklatau, dan Kohanudnas.

Yuyu Sutisna mengatakan, Angkasa Yudha sebagai latihan Puncak TNI AU merupakan akumulasi kegiatan pembinaan latihan yang dilaksanakan di satuan-satuan TNI Angkatan Udara, sekaligus sebagai perwujudan dari upaya pemantapan profesionalisme perorangan, satuan, maupun Kotama dalam sebuah operasi gabungan dengan mempraktikkan prinsip unity of command.



Ini Dia Model AWACS Masa Depan Rusia

Beriev Aircraft Company dengan Vega Radio Engineering Corporation telah mengungkap model A-100 “Premier”, pesawat peringatan dini dan kontrol udara (AWACS) terbaru yang dibangun untuk Departemen Pertahanan Rusia.
Beriev A-100 “Premier” akan didasarkan pada pesawat angkut Il-76MD-90A (Il-476) yang memiliki mesin turbofan baru PS-90A-76 yang 15% lebih kuat dibandingkan D-30KP yang digunakan oleh Il-76.

Bentuk eksternal dari A-100 akan mirip dengan A-50, dengan radar array utama ditempatkan di sebuah kubah berputar di atas badan pesawat.
Radar AESA Vega baru di kubah akan meningkatkan kemampuan pesawat dibandingkan pendahulunya dalam deteksi target. Array akan berputar sekali setiap 5 detik, sehingga meningkatkan kemampuan radar untuk melacak target yang bergerak cepat.
A-100 Premier direncanakan akan melakukan penerbangan perdananya pada tahun 2018.







































Selasa, 13 September 2016

F-35 Terintegrasi dengan Aegis, AS Temukan Solusi Lawan S-400

Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat telah berhasil menguji jet tempur Lockheed Martin F-35B Joint Strike Fighter dengan jaringan pertempuran Naval Integrated Fire Control-Contra Air (NIFC-CA).

Mengintegrasikan jet siluman ke dalam jaringan NIFC-CA berarti akan memungkinkan pesawat untuk menyediakan penargetan over-the-horizon untuk kapal penjelajah Aegis dan kapal perusak untuk melawan ancaman masuk.
Selain itu, F-35 akan dapat memberikan data penargetan ke seluruh armada dari dalam zona pertahanan sistem pertahanan udara Rusia atau China seperti S-400 atau HQ-9.
“Tes ini adalah kesempatan besar untuk menilai kemampuan Angkatan Laut guna mengambil teknologi terkait dan berhasil menutup loop pengendalian tembakan serta menggabungkan senjata anti permukaan dan anti udara,” kata Anant Patel, seorang Manajer Program untuk sistem tempur masa depan di Program Executive Office for Integrated Warfare Systems (PEO IWS) Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Dave Majumdar dari National Interest Selasa 13 September 2016.
Selama uji penembakan pada 12 September di White Sands Missile Range in New Mexico, sebuah F-35B Marinir AS bertindak sebagai sensor off-board untuk mendeteksi ancaman over-the-horizon untuk USS Desert Ship (LLS-1).
Selama uji terbang, F-35B menunjukkan bahwa mereka bisa menyampaikan data melalui Multi-Function Advanced Data Lin ke stasiun tanah yang terkait dengan Desert Ship.
Kemampuan F-35 untuk masuk ke NIFC-CA guna menyampaikan data ke sistem Aegis akan menjadi kunci untuk strategi Angkatan Laut mengalahkan apa yang disebut anti-access / area denial di Pasifik Barat, Baltik atau Mediterania Timur.
Kombinasi dari F-35, Aegis dan NIFC-CA akan memungkinkan Angkatan Laut untuk menargetkan kombatan permukaan musuh paling mampu dan  yang memiliki pertahanan udara yang tangguh seperti kapal Project 1144 Kelas Orlan Rusia atau yang lebih dikenal sebagai Kelas Kirov.
“NIFC-CA adalah game changer untuk Angkatan Laut AS memperluas jangkauan dalam mendeteksi, menganalisis dan mencegat target,” kata Dale Bennett, Wakil Presiden Eksekutif, Martin Rotary dan Misi Systems Lockheed dalam sebuah pernyataan.
“Demonstrasi F-35 dan Sistem Senjata Aegis membawa kita selangkah lagi lebih dekat untuk mewujudkan potensi sejati dan kekuatan jaringan di seluruh dunia dari sistem yang kompleks.”
Kapal AS aktifkan sistam rudal Aegis / US Navy

Mungkin lebih mudah digambarkan kombinasi F-35 / NIFC-CA akan memungkinkan Joint Strike Fighter dengan kekuatan silumannya akan diam-diam menyusup ke zona berbahaya musuh yang dilindungi oleh sistem seperti S-400. Selanjutnya F-35 akan mencari target yang harus dihancurkan, data yang didapat kemudian dikirim ke seluruh kelompok tempur kapal induk.
Meski F-35C yang berbasis di kapal induk tidak mampu membawa muatan besar, peran utamanya dalam kelompok tempur adalah memberikan data penargetan kritis yang diperlukan untuk serangan oleh kapal.
F-35 bisa digunakan untuk data penargetan bagi  sebuah F/A-18E/ F Super Hornet, EA-18G Growler, penjelajah Aegis atau bahkan kapal selam untuk bisa meluncurkan rudal jarak jauh guna menghantam target.
Lebih simpelnya lagi, F-35 akan masuk diam-diam ke wilayah musuh, memberi data target ke kapal atau pesawat lain, dan merek yang akan membereskan target tersebut.


Jejaktapak





















Boeing Tampilkan Pesawat Latih T-X

Setelah sekian lama menutup erat, Boeing pada hari Selasa 13 September 2016 akhirnya mengungkap pesawat yang akan diadu dalam kompetisi pesawat latih Angkatan Udara.

Pesawat bermesin tunggal dengan ekor kembar ini dibangun Boeing yang bermitra dengan Saab Swedia.
Boeing telah memproduksi dua jet ini.
“Desain TX fitur kami: ekor kembar, desain modern yang memungkinkan manuver lebih baik dari pesawat ekor tunggal, tempat duduk belakang yang menyediakan visibilitas untuk instruktur dan pemeliharaan yang ramah,” kata Darryl Davis, presiden Boeing Phantom Works sebagaimana dikutip Defense News.
“Yang juga mengesankan adalah apa yang Anda tidak dapat melihat. Apa yang Anda tidak dapat melihat adalah desain canggih dan manufaktur yang masuk ke peasawat ini. ”
Pesawat ini didukung oleh satu mesin GE 404 yang dibuat oleh General Electric dan juga dilengkapi dengan kaca kokpit.
Pesawat pertama, ditampilkan pada saat upacara peluncuran, telah mulai pengujian darat dan akan terbang pada akhir tahun, kata Davis.


















PTDI Berhasil Ekspor 396 Unit Pesawat ke 11 Negara

PT Dirgantara Indonesia telah berhasil mengekspor pesawat ke 11 negara hingga saat ini. Yang terbaru, PT Dirgantara mengekspor Pesawat NC 212 ke Thailand.
Hingga saat ini, total pesawat yang diekspor perseroan mencapai 396 unit. Negara-negara yang telah menggunakan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu, Thailand, Venezuela, Turki, UAE, Burkina Faso, Malaysia, Korea Selatan, Pakistan, Guam, Senegal dan Filipina. Komposisi mesin pesawat yang dibuat pun sudah didominasi buatan Indonesia.
"Untuk engine dan apionic juga masih impor, tapi overall kita udah bisa bikin sendiri ya di Bandung. Jadi total semuanya kita sudah biat sendiri," ujar Marketing of Communication PT Dirgantara Indonesia Nadira Ghaisani di Indonesia Business & Development Expo 2016, JCC, Jakarta, Minggu (11/9).
Menurutnya, saat ini belum ada yang memiliki keahlian khusus untuk membuat mesin pesawat. Sehingga, PTDI masih harus mengimpor komponen tersebut.
"Untuk beberapa bagian kita masih impor, misalnya Airbus, kebanyakan (impor) Airbus," jelasnya.
Dia menambahkan pesawat-pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yang seluruhnya di didominasi buatan Indonesia yaitu CN 235 dan NC 212. Selain itu, komposisi pesawat yang diimpor biasanya berasal dari Amerika Serikat dan Swedia.