Rabu, 31 Agustus 2016

Kapal LCS AS Alami Kerusakan, Setelah Freedom Kini Giliran Kelas Independence

          LCS Kelas Indepence (depan)/US Navy

Insiden memalukan kembali dialami littoral combat ship (LSC) milik Angkatan Laut Amerika. Hanya berselang beberapa hari setelah muncul kabar salah satu LCS Kelas Freedom rusak parah, kini LCS Kelas Independence, USS Coronado juga dilaporkan telah menderita masalah mesin di pertengahan Pasifik dan telah berbalik kembali ke Hawaii.

 
Ini adalah pertamakalinya masalah menimpa kelas Independence. Tiga kapal sebelumnya yang rusak berasal dari Kelas Freedonm
Defense News mengutip sumber mengatakan USS Coronado ada di sekitar 800 mil laut sebelah barat dari Hawaii dan berjalan dengan kecepatan sekitar 10 knot. Sekitar 70 pelaut ada di kapal tersebut.
Coronado meninggalkan Pearl Harbor pada hari Jumat menuju Pasifik Barat, untuk beroperasi selama setidaknya 16 bulan dengan berpangkalan di Singapura. Kapal baru saja menyelesaikan latihan beberapa minggu dalam Rim Pacific dan beroperasi dari Pearl Harbor.
“Luasnya perbaikan dan dampak operasional belum diketahui saat ini. Penilaian akan selesai setelah kembali ke Pearl Harbor dan rincian tambahan akan tersedia bila mungkin,” kata Armada Ketiga yang berbasis di San-Diego dalam sebuah pernyataan.
Coronado menjadi LCS keempat yang mengalami kerusakan sejak Desember 2015 lalu.
Pejabat Angkatan Laut akhir pekan lalu mengungkapkan bahwa LCS Kelas Freedom juga mengalami kerusakan mesin diesel yang bahkan kemungkinan harus diganti dengan yang baru.
Penyelidikan atas insiden tersebut belum selesai, namun indikasi mengarah ke kesalahan awak bukan masalah mekanis. Kapal rusak tersebut saat ini ada di San Diego menunggu keputusan dari perbaikan.
Dua kapal kelas Freedom lainnya juga mengalami kejadian memalukan dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan Desember, USS Milwaukee yang masih baru,  rusak di laut dan harus ditarik ke port Virginian.  Masalah menerpa pada software yang kabarnya telah diperbaiki.
Sementara pada bulan Januari, USS Fort Worth yang dikirimkan ke Singapura juga rusak parah akibat kecelakaan sistem propulsi. Kapal mendekam tujuh bulan terakhir di Singapura dan baru ditarik pada 22 Agustus untuk kembali ke San Diego guna perbaikan.



Perbaiki Kelemahan Siluman, China Kucurkan Banyak Dana

China menuangkan banyak uang untuk memperbaiki ketidakmampuan mesin jet tempur siluman mereka dengan meuncurkan perusahaan baru milik negara yang diberi nama Aero Engine Corporation of China (AECC).

AECC mendapatmodal US$ 7,5 miliar dan didanai oleh Dewan Negara China serta pemerintah Beijing. Media pemerintah Cina mengatakan perusahaan baru ini sudah memiliki 96.000 karyawan.
AECC menggabungkan sumber daya dan karyawan dari sejumlah perusahaan milik negara, termasuk Aviation Industrial Corporation of China (AVIC).
Fokus utama dari AVIC adalah untuk secara efisien mengembangkan teknologi militer dalam negeri, dan akhirnya bersaing dengan Airbus dan Boeing dalam industri penerbangan sipil. Salah satu produk AVIC adalah pesawat udara jarak jauh Chengdu Pterodactyl-1.
Di sisi lain, AECC punya mimpi muluk untuk menyaingi pembuat mesin jet terbaik dunia seperti Rolls Royce dan General Electric.
Sedangkan tujuan jangka pendek dan harus cepat adalah untuk membangun mesin jet tempur yang kuat untuk memungkinkan pejuang pesawat siluman China bisa mencapai kemampuan seperti yang dijanjikan.
Analis telah lama mengatakan kualitas buruk mesin telah menjadi masalah paling esar dari pesawat geneasi kelima China Shenyang J-31 dan Chengdu J-20.
Pesawat ini menggunakan powering pesawat generasi keempat yang dibuat di Rusia.
Presiden China Xi Jinping mengatakan mendirikan perusahaan adalah “langkah strategis” untuk membangun kekuatan penerbangan dan memodernisasi militer China, kata media pemerintah Cina sebagaimana dikutip yibada.com Selasa 30 Agustus 2016.
Kelangkaan mesin jet militer modern telah menyebabkan China harus menggunakan spionase dan hacking untuk mencuri rahasia dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
Selama beberapa bulan terakhir, AS telah menangnkap atau menghukum mata-mata China yang berusaha mencuri teknologi canggih kedirgantaraan Amerika.
Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan dalam komentar tertulis bahwa “terobosan” dalam mesin pesawat canggih akan memiliki nilai yang besar dalam memperkuat kemampuan militer dan manufaktur negara itu.


Jejaktapak



Inilah 6 Howitzer Self Propelled Terbaik di Dunia

  Howitzer self-propelled Paladin (Army.mil)


Dimulai dari Howitzer self-propelled PzH 2000 (Panzerhaubitze 2000) 155mm dikembangkan oleh Krauss-Maffei Wegmann (KMW) bersama Rheinmetall Landsysteme. PzH 2000 menggunakan amunisi standar NATO dengan sistem pemuatan dan manajemen amunisi otomatis. Jarak tembak amunisi standar dengan hulu ledak high explosive adalah 30 km, bila dibantu roket dapat menjangkau 40 km. Howitzer ini mampu menembak 12 putaran dalam satu menit. PzH 2000 dapat dioperasikan otomatis dengan sistem kontrol dan komando dari luar, menggunakan datalink.
2S35 Koalytsiya-SV adalah howitzer self-propelled Rusia yang pertama muncul di depan publik, pada 2013. Howitzer ini dilengkapi turet tanpa awak dan meriam 152 mm dengan sistem pemuatan amunisi otomatis. Koalytsiya-SV dapat menembakan beberapa jenis amunisi, seperti amunisi standar, roket, amunisi anti tank dengan proyektil cluster, dan amunisi dengan proyektil jammer. Jangkauan tembak amunisi standar 30 km, dengan bantuan roket 40 km. Saat ini sedang dikembangkan amunisi dipandu yang presisi dengan jangkauan 70 km. Howitzer Koalitsiya-SV mampu menembak 8 putaran per menit, membawa amunisi sebanyak 60-70 putaran.

K9 Thunder adalah howitzer self-propelled Korea Selatan yang mampu menjangkau target sejauh 30 km dengan amunisi HE-Frag, dan jangkauan 40 km dengan bantuan roket. K9 Thunder menggunakan amunisi standar NATO dengan sistem pemuatan amunisi otomatis. Howitzer buatan Samsung Techwin ini dilengkapi dengan sistem penembakan otomatis. Perintah disampaikan melalui datalink atau suara. Thunder mampu menembak tiga putaran per 15 detik, maksimum enam hingga delapan putaran per menit, dan membawa amunisi sebanyak 48 putaran.
Howitzer self-propelled Type 99 dikembangkan oleh Mitsubishi Heavy Industries dan Japan Steel Works. Howitzer Pasukan Bela Diri Jepang ini menggunakan meriam 155 mm dengan jangkauan 30 km dengan amunisi standar hulu ledak HE-Frag, dan bila menggunakan roket dapat menjangkau 38 km. Turet dapat berputar 360 derajat dan mampu menembak enam putaran per menit. Howitzer Type 99 dilengkapi dengan senapan mesin berat M2HB kaliber 12,7 mm sebagai senjata kedua.

PLZ-05 adalah howitzer self-propelled yang dirancang dan diproduksi oleh China North Industries Group Corporation (CNGC). Howitzer ini menggunakan meriam 155 mm dengan sistem pemuatan amunisi otomatis, duplikat dari sistem howitzer Rusia 2S19 Msta-S. Jangkauan tembak PLZ-05, dengan amunisi dipandu yang presisi, adalah 20 km. Jangkauan amunisi roket mencapai 40 km. Tiongkok mengklaim berhasil membuat amunisi dipandu presisi dengan jangkauan 100 km. PLZ-05 mampu menembak enam putaran per menit dan membawa amunisi sebanyak 30 putaran.

Howitzer self-propelled Paladin M109A7 diproduksi oleh BAE Systems, merupakan upgrade dari M109A6 Paladin yang telah digunakan Angkatan Darat Amerika Serikat dalam beberapa pertempuran. Artileri Paladin M109A7 menggunakan meriam M284 155 mm dengan sistem pemuatan amunisi otomatis. Jangkauan tembak M109A7, dengan amunisi standar adalah 22 km, dan 30 km dengan amunisi bantuan roket. Howitzer ini dapat menembakan amunisi presisi yang dipandu, seperti M982 Excalibur yang memiliki jangkauan 40 km. Paladin M109A7 mampu menembak empat putaran per menit, karena desain howitzer yang berasal dari dekade 1950-an.


Tempo








Kemhan Bahas Ulang Anggaran Satelit Pertahanan

Jakarta - Kementerian Pertahanan kembali membahas rincian anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan satelit pertahanan. Hal itu dilakukan setelah anggaran yang diajukan Kementerian Pertahanan sebesar US$ 849 juta untuk pengadaan satelit itu dianggap terlalu tinggi oleh Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat. "Kementerian Pertahanan mempelajari, apakah memang terlalu tinggi, (dipelajari juga) apa yang dinyatakan tinggi," ucap Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Leonardi saat dihubungi Tempo, Selasa, 30 Agustus 2016.

Kementerian masih mengkaji hal-hal yang dianggap terlalu tinggi oleh DPR. "Apakah ada pembanding spesifikasi yang sama dan lebih murah?" Ia berjanji akan menyampaikan hasil kajiannya.

Pembahasan ulang soal anggaran itu akan dimulai pekan depan. Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat memberi tenggat waktu tiga pekan kepada Kementerian untuk membahas rincian teknis dan spesifikasi serta menentukan harga pembelian satelit pertahanan.

Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tubagus Hasanuddin menuturkan anggaran pengadaan satelit pertahanan bisa lebih murah. Ia menyebutkan pengeluaran bisa ditekan hingga US$ 650 juta atau malah lebih murah lagi.

"Kemarin juga belum jelas kegunaan, jangkauan, dan kebutuhannya. Koordinasi dengan TNI juga belum detail," ujar Hasanuddin di gedung DPR, Jakarta, Senin kemarin. Komisinya, tutur dia, sudah membentuk tim yang akan memonitor pembahasan anggaran.

Seusai rapat koordinasi Kementerian dengan Komisi Pertahanan kemarin, Hasanuddin mengatakan anggaran Rp 1,3 triliun untuk satelit yang tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 akan diatur penggunaannya.

Sebanyak Rp 300 juta, ucap dia, akan digunakan untuk memperpanjang sewa satelit selama tiga tahun. Sedangkan Rp 1 triliun sisanya akan digunakan dengan beberapa persyaratan.


Selasa, 30 Agustus 2016

Jet Tempur Swiss Ditemukan, Nasib Pilot Masih Misterius

Kementerian Pertahanan Swiss menuturkan, tim pencari yang mereka kerahkan berhasil menemukan jet tempur yang hilang. Namun, tim tidak menemukan sang pilot. Jet tempur itu hilang saat melakukan latihan rutin  pada Senin sore.

"Tim pencari berhasil menemukan jet tempur Angkatan Udara yang hilang saat latihan, tapi masih berusaha untuk menemukan pilot," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (30/8).

Sebelumnya diberitakana, insiden itu bermula saat pesawat lepas landas dari pangkalan udara di Meiringen pada pukul 14.01 waktu setempat. Pesawat yang hilang merupakan pesawat kedua yang ikut dalam latihan militer tersebut.

Kontak radio pesawat dengan pangkalan mulai hilang sekitar pukul 14.05 waktu setempat. Sejak itulah pesawat nahas itu dinyatakan hilang.

Insiden ini membuat Angkatan Udara Swiss menderita tiga kecelakaan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2013, pesawat F/A18 jatuh. Kemudian tahun 2015, seorang pilot terluka ketika sebuah pesawat militer jatuh di sebelah tenggara Prancis.

Komandan Angkatan Udara Swiss, Aldo Schellenberg, mengatakan dalam konferensi pers, ia sangat terkejut dengan insiden tersebut. Ketika ditanya tentang kemungkinan kelangsungan hidup pilot, dia berkata: ”Kami berharap dan berdoa,” demikian laporan kantor berita Swiss SDA.



Delapan Kapal Perang Koarmabar Latihan Tempur di Laut Jawa

Delapan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang sedang dalam pelayaran lintas laut melaksanakan Latihan Geladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III/L-3 Tahun 2016, di Laut Jawa.

Latihan tersebut dipimpin Komandan Satuan Kapal Cepat Koarmabar (Dansatkatarmabar) Kolonel Laut (P) Sawa S.E., M.M. selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Latihan Glagaspur L-3.

Kedelapan kapal perang yang terlibat dalam latihan tersebut yakni KRI Wiratno-379, KRI Kapitan Pattimura-371, KRI Silas Papare-386, KRI Halasan-630, KRI Barakuda-633, KRI Clurit-641, KRI Kujang-642, KRI Siwar-646. Unsur-unsur tersebut merupakan kapal perang di bawah pembinaan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmabar dan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar.

Dalam Latihan Gladi Tugas Tempur Tingkat III tersebut, unsur-unsur KRI melaksanakan berbagai manuver taktis sejak bertolak dari Pangkalan di Jakarta bergerak menuju Laut Jawa dengan melaksanakan pentahapan latihan secara berlanjut. Selain melaksanakan latihan manuver taktis, kedelapan KRI tersebut juga melaksanakan penembakan berbagai jenis senjata meriam di Pulau Gundul, Laut Jawa.

Kegiatan Latihan Glagaspur Tingkat III tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit KRI, meningkatkan integrasi unsur-unsur TNI Angkatan Laut dalam satu kesatuan komando, mengaplikasikan serta menerapkan doktrin khususnya operasi laut dan menghasilkan kesamaan pemahaman,pola pikir dan pola tindak dalam mekanisme prosedur pengambilan keputusan militer (prosbiltusmil) pada operasi laut.

Selain itu juga dalam rangka menghadapi latihan puncak TNI Angkatan Laut yaitu Armada Jayake- XXXIV Tahun 2016 di perairan Jawa Timur.
(dispenarmabar/sir)



Poskota

Angkatan Udara Rusia Telah Menerima 100 Bomber Su-34

Produsen pesawat tempur Rusia, Sukhoi telah menyampaikan batch lain dari pembom garis depan Su-34 kepada  Departemen Pertahanan.

“Pesawat-pesawat lepas landas dari lapangan terbang pabrik di Novosibirsk menuju lokasi mereka,” kata perusahaan itu dalam sebuah rilis berita yang diperoleh TASS Selasa 30 Agustus 2016.
Rilis berita tidak menentukan jumlah pesawat yang diberikan untuk Departemen Pertahanan.
Rusia Aerospace Force diharapkan akan menerima total 150-200 Su-34. Kontrak pertama disimpulkan kembali pada tahun 2008. Kesepakatan lain yakni pengiriman 92 pesawat pembom ditandatangani pada tahun 2012.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Yuri Borisov mengatakan sekitar 100 pesawat telah diserahkan hingga sekarang.
Bomber tempur Su-34 Fullback mampu membawa muatan bom hingga delapan ton dan terbang pada kecepatan maksimum 1.900 kilometer per jam.
Pesawat memiliki jangkauan maksimum 4.000 kilometer. Pesawat jenis ini telah digunakan dalam operasi di Suriah.




Senin, 29 Agustus 2016

Jet Tempur F/A-18C Swiss Hilang saat Latihan

Militer Swiss mencari jet tempur milik angkatan udara yang hilang ketika sedang melakukan pelatihan pada Senin (29/8).

Pesawat jenis F/A-18C itu membawa seorang pilot dan menghilang dekat Susten di Swiss tengah pada Senin sore, menurut kementerian pertahanan Swiss.

Diduga, lokasi kecelakaan berada di wilayah Pegunungan Alpen yang sulit diakses, terutama dengan cuaca buruk dan kurangnya cahaya menjelang malam.

Komandan Angkatan Udara Swiss Aldo Schellenberg dalam konferensi pers mengatakan bahwa ia terkejut oleh insiden ini.

“Kita berharap dan berdoa,” kata dia ketika ditanya soal kemungkinan pilot bertahan.

Insiden dimulai ketika pesawat lepas landas dari pangkalan udara di Meiringen, ini adalah pesawat kedua dalam latihan.

Kontak radio dengan pangkalan hilang hanya sekitar empat menit kemudian, dan pesawat itu dinyatakan hilang.

Misi pencarian diluncurkan dengan helikopter, namun kemudian ditunda karena cuaca buruk. Sementara itu, keluarga pilot yang tidak diidentifikasi telah diberi tahu.

Insiden ini merupakan yang ketiga kalinya terjadi. AU Swiss sudah pernah kehilangan jet F/A 18 dalam tiga tahun terakhir. Seorang pilot terluka dalam kecelakaan pada Oktober 2015 di tenggara Perancis, dan kecelakaan lain terjadi pada 2013.



CNN Indonesia

Tinggalkan China dan Rusia, AS Melangkah ke Pesawat Generasi Selanjutnya

Di saat China belum sepenuhnya selesai membangun jet tempur generasi kelima J-20 dan J-31 serta Rusia yang juga masih tertatih-tatih merampungkan jet temput T-50 PAK-FA, Amerika telah memulai program pembangunan pesawat generasi berikutnya.


Setelah berupaya selama setahun yang mengekplorasi taktik dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengontrol langit di masa depan, Angkatan Udara Amerika Serikat mengambil langkah pertama menuju pembangunan jet tempur generasi berikutnya.
Layanan memulai pekerjaan awal menjelang 2017 guna melakukan analisis alternatif yang akan membentuk persyaratan dan strategi yang Angkatan Udara menyebutnya sebagai Next Generation Air Domination (NGAD) atau Penetrating Counter Air (PCA).
Brig. Jenderal Alexus Grynkewich, yang memimpin Air Superiority 2030 enterprise capability collaboration team (ECCT), menekankan bahwa ada dua perbedaan utama antara upaya NGAD dengan jet tempur lama. Yang pertama adalah metode yang relatif cepat untuk memperolehnya.
“Kita perlu memiliki sesuatu pada 2020-an,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Defense News Minggu 29 Agustus 2016.
“Saya pikir waktu yang realistis adalah sekitar 2028 dengan investasi dalam beberapa bidang teknologi kunci, Anda akan bisa memiliki beberapa kemampuan operasional awal dari kemampuan menembus udara kontra.”
Perbedaan kedua berkaitan dengan kesimpulan studi Air Superiority 2030, yang menyatakan bahwa dominasi Angkatan Udara di masa depan tidak akan ditekankan pada satu platform, seperti jet tempur generasi keenam, namun pada keluarga jaringan dari sistem terpadu. Kombinasi penetrasi dan kemampuan serangan jarak jauh termasuk pesawat tempur, ruang angkasa, cyber dan aset peperangan elektronik.
Apa itu artinya jet tempur masa depan mungkin terlihat lebih seperti node sensor daripada  dogfighters seperti lalu, kata Grynkewich.
Layanan ini saat ini sedang melakukan pra-AOA di Wright Patterson Air Force Base, Ohio, untuk mengeksplorasi teknologi baru dan menuntaskan persyaratan potensial NGAD.
“Mereka sedang melihat semua tradespace dari berbagai atribut termasuk kemampuan mematikan, survivability, jangkauan dan payload, katanya.
Tim yang juga mengevaluasi bagaimana layanan dapat memenuhi persyaratan secepat mungkin. Air Superiority 2030 ECCT menyatakan Angkatan Udara tidak akan mampu membawa jet tempur generasi keenam lebih cepat dari 2040 jika melalui proses pengadaan normal. Dengan menggunakan proses akuisisi yang cepat dan pembangunan paralel, Grynkewich berharap akan membawa pesawat ini satu dekade lebih cepat dari rencana sebelumnya.
Grynkewich mengatakan Angkatan Udara sedang mencoba untuk tidak menggunakan kata “jet tempur generasi keenam” dan memilih menggunakan istilah “Penetrating Counter Air.”
“Anda mulai memiliki argumen atas apa ‘keenam gen’. Apakah ia memiliki sinar laser, apakah itu hipersonik? Seperti apa bentuknya? Itu bukan percakapan yang berguna,”jelasnya. “Percakapan lebih berguna adalah, apa atribut kunci yang kita butuhkan untuk mendapatkan dan mempertahankan superioritas udara pada tahun 2030?”
“Aku sudah mengatakan kepada pilot pesawat tempur selama ini, ‘Hei, itu belum tentu sebuah jet fighter,” katanya. Tetapi dia menambahkan bahwa pesawat akan kemungkinan besar masih menerima “F ” yang merupakan sebutan untuk fighter.
“Seorang pilot pesawat tempur untuk superioritas udara akan mengatakan Anda perlu pesawat 9G, dua ekor, meriam, jarak pendek. Itulah jet tempur. Ini adalah sesuatu yang sedikit berbeda dan memiliki beberapa atribut yang berbeda dalam pikiran saya. “




JT

Rusia Akan Gelar Latihan Terpadu Gunakan Sistem Rudal S-300 dan S-400

                               Russia Insider

Tim pertahanan udara Distrik Militer Barat Rusia akan melakukan latihan terpadu menggunakan sistem rudal S-300 dan sistem rudal S-400 yang melibatkan 4.000 tentara serta 50 pesawat, Senin (29/08/2016).

Latihan Komando dan Staf dimulai hari ini di bawah komando Panglima Distrik, Jenderal Andrei Kartapolov, di barat daya Wilayah Astrakhan, ujar juru bicara Igor Muginov kepada wartawan.


“Sekitar 50 target akan terlibat secara bersamaan dalam pembentukan sebuah grup penyerang. Mereka akan dihancurkan oleh BUK, Tor, Osa, Tunguska dan rudal anti pesawat Strela-10; sistem pertahanan udara portable Igla dan Verba; serta sistem rudal anti pesawat S-300 dan S-400”, kata Muginov.


Kiprah Tempur 4 Bronco dalam Operasi Tumpas di Irian Barat

Operasi Tumpas untuk melumpuhkan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) digelar pada tahun 1977 di tanah Irian. Pada saat Operasi Tumpas digelar, ketika itu hawa Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste) masih sedang hangat-hangatnya di tahun 1976 hingga pertengahan tahun 1977. Ketika itu juga Kapten Pnb M Koesbeni sang penunggang ‘Kuda Liar’ OV-10 Bronco yang saat sedang melakukan Operasi di Timor Timur, ditugaskan untuk mengemban misi Operasi Tumpas ke Irian. Misi Operasi Tumpas yang ia lakukan berlangsung selama tiga bulan sebelum akhirnya ia kembali lagi mendukung kelancaran misi di Timor Timur.

Sebanyak empat unit kekuatan Bronco (OV-10F Bronco seri yang dimiliki TNI AU) dikerahkan untuk bertempur mendukung kelancaran Operasi Tumpas di tanah Irian melumpuhkan OPM. “Kira-kira itu selama tiga bulan, tiga bulan selesai, empat Ov-10 Bronco dikerahkan. Setelah itu, selesai, kembali lagi ke Timor. Jadi ada dua spot kan, di Timor dan di Irian,” terang Marsekal Muda (Pur) M Koesbeni kepada Pimpinan Redaksi Majalah Angkasa Beny Adrian dan Reporter Fery Setiawan saat ditemui di kediamannya, Kamis (25/8).

Kekuatan pasukan OPM kala itu sulit dijangkau karena mereka bersembunyi di lebatnya hutan Irian. Untuk mendukung keberhasilan misi tersebut, pasukan Sandi Yudha atau Kopassandha (sekarang Kopassus) diterjunkan ke medan pertempuran menggunakan helikopter. Untuk meraih kemenangan pertempuran dengan medan yang sulit itu, digunakanlah taktik pertempuran hit and run.

Helikopter menyerang lebih dahulu dari udara untuk memecah barisan OPM sebelum Kopassandha diterjunkan. Setelah Kopassandha berhasil turun, mereka langsung bergerak melumpuhkan kekuatan OPM. Selesai melumpuhkan, Kopassandha pun dijemput kembali dengan helikopter untuk diterjunkan pada beberapa lokasi pertempuran lainnya di hutan.

Operasi Tumpas yang digelar di Irian ini merupakan Operasi Gabungan antara Angkatan Udara (AU) bersama Angkatan Darat (AD). Angkatan Udara berperan memberikan Bantuan Tembakan Udara (BTU) dan Serangan Udara Langsung (SUL). “Tapi SUL mereka senjatanya enggak berapi (senjata api), mereka senjatanya hanya model seperti bedil, tombak atau parang,” jelas mantan Pangkohanudnas periode 1997-1999 kepada Angkasa.

Diungkapkan olehnya, bahwa yang menjadi sektor pertempuran pada Operasi Tumpas adalah Bokondini dan Waris. Wamena sendiri pun kondisinya sangat rawan dan tidak aman, sehingga tidak memungkinkan untuk dijadikan base di sana. Maka Jayapura yang dijadikan base untuk keempat Bronco, karena kondisinya lebih stabil di sana.




“Kita sektor Operasi antara lain di Waris, Wamena, Bokondini, itu landasan-landasan pesawat untuk perintis kita amankan di sana. Total ada lima sektor operasi yang kita amankan, jadi pesawat (OV-10 Bronco) bisa mendarat,” tuturnya.


Saat menjalankan Operasi Tumpas tersebut tidak ada Bronco yang tertembak, hal tersebut dikarenakan ketika mereka (OPM) mendengar suara mesin Bronco, mereka langsung keluar dari Honai (rumah adat Irian Jaya) sambil teriak-teriak ketakutan dan lari berhamburan. Suara bising mesin Bronco sanggup memberikan deterrent effect terhadap mereka, sehingga menguntungkan dan memudahkan TNI dalam melumpuhkan kekuatan mereka (OPM).










Minggu, 28 Agustus 2016

India Rayu AS Untuk Jual Drone Tempur

Menteri Pertahanan India akan mengunjungi Washington pada hari Senin 29 Agustus 2016 ini dan salah satu daftar teratas yang diusung adalah merayu pemerintahan Obama untuk menjual drone tempur ke New Delhi. Sebuah permintaan yang dinilai analis pertahanan akan dikabulkan.


India membutuhkan drone ini untuk meningkatkan operasi kontraterorisme dan untuk mengimbangi kekuatan tetangganya yang terus berkembang yakni Pakistan dan China.
Manohar Parrikar dijadwalkan bertemu dengan Menteri Pertahanan Amerika Ash Carter pada Senin menandai pertemuan keenam antara kedua menteri pertahanan.
Kedua pihak juga akan menandatangani pakta pertahanan yang luas dimana kedua pihak setuju untuk mendukung satu sama lain secara militer.
Di masa lalu, Amerika Serikat telah menolak untuk memberikan drone bersenjata predator ke India, yang telah digunakan di Afghanistan dan Pakistan, karena takut bahwa New Delhi akan menggunakan senjata itu untuk melawan Pakistan. Padahal saat itu Washington membutuhkan kerjasama yang kuat dengan Pakistan untuk melawan al-Qaeda.
Namun, dengan lanskap geopolitik setelah bergeser dalam beberapa tahun terakhir hubungan antara Washington dan New Delhi semakin dekat untuk bersama melawan China.
Amerika Serikat telah mengisyaratkan kesediaan untuk memberikan India dengan kendaraan udara tak berawak mematikan tersebut. India secara mendaftarkan diri untuk masuk dalam keanggotaan Missile Technology Control Rezime (MTCR) pada bulan Juni 2015. Dengan dukungan dari Amerika Serikat dan Prancis akhirnya India disetujui menjadi anggota kelompok tersebut pada 27 Juni 2016. Hal inni meningkatkan kemungkinan Washington bersedia untuk terlibat dalam berbagi teknologi pesawat tanpa awak dengan India di bawah protokol control rezim
Selain mencari teknologi pesawat tanpa awak dari Amerika Serikat, India berharap untuk meyakinkan Washington untuk memberikan New Delhi dengan hak untuk memproduksi jet tempur Amerika di bawah inisiatif “Make di India”.



Jejaktapak

Pembelian Su-35 Kembali Dibahas


 Kembali berita pembelian pesawat tempur Su-35 dibahas bersama Tim dari Moskow. Menurut Dubes Indonesia untuk Rusia, Rincian kontrak pembelian sedang dibahas dan bilamana lancar, penandatanganan kontrak akan dilakukan akhir tahun ini. Indonesia tetap berminat dengan pesawat tempur generasi 4++ Sukhoi 35. Untuk menggantikan pesawat tempur F5 Tiger yang sudah usang. Rencananya Indonesia akan membeli 12 unit pesawat Sukhoi 35.


Ini 5 Tank Paling Membunuh di Bumi

Dunia tank - kendaran tempur lapis baja yang dilengkapi dengan meriam utama besar,  yang misinya untuk melakukan perang mekanik pada medan modern telah mengalami stagnasi.

Seluruh tank paling moderen yang ada sekarang ini telah dalam pelayanan sejak tahun 1990-an atau bahkan tahun 1980-an.
Runtuhnya Uni Soviet dan pergeseran medan perang melawan militant telah menempatkan pasukan tank menjadi tidak begitu penting lagi. Di Belanda bahkan mereka dihilangkan sama sekali.
Kebanyakan tank-setidaknya di Barat- hampir sama dalam hal kemampuan keseluruhan. Banyak negara, seperti Korea Selatan, telah menggunakan perlambatan ini untuk mengejar status quo.
Lima tank paling mematikan saat ini belum tentu mereka  yang terbaru atau paling mahal. Mereka melakukan satu hal sangat baik baik dalam menyerang dan bertahan sehingga menjadi sangat berbahaya bagi lawan adalah ukuran kekuatan membunuh sebuah tank.
Dan inilah lima tank paling membunuh di planet bumi saat ini:

1. T-90A (Rusia)
                                 Wikipedia

Yang terakhir dalam garis panjang kekuatan tank kembali ke 1940-an, T-90 adalah tank paling canggih di persediaan Angkatan Darat Rusia. T-90 bisa dilacak akarnya dari tank menengah T-54  dan berhubungan langsung dengan tank T-72 / T-80.

Rusia saat ini mengoperasikan ratusan T-90A, cukup untuk melengkapi satu divisi tank dan satu divisi motor rifle.
T-90A adalah tank dengan kemampuan membunuh paling berbahaya. Meskipun meriam 2A46M 125 milimeter kurang efektif dibandingkan tank barat, terutama Rhienmetall 120 milimeter L44 smoothbore gun, tetapi meriam T-90 sangat mematikan berkat kemampuannya untuk menembakkan rudal anti-tank dari tabung senjata.
Rudal dipandu laser 9M119M Refleks memberikan T-90A kemampuan untuk menembus lapis baja setebal 700 milimeter dengan tingkat akurasi yang tinggi pada rentang hingga 3,1 mil.

2. M1 Abrams (Amerika Serikat)
                                  Businessinsider
M1 Abrams adalah tank tempur utama standar Angkatan Darat AS dan Korps Marinir AS.
Sejak diperkenalkan pada akhir tahun 1970, M1 telah mengalami aliran upgrade, dari pengenalan senjata 120 milimeter yang dirancang Jerman sampai penambahan armor depleted uranium dan jaringan kemampuan seperti Blue Force Tracker.
M1 menonjol dalam daftar ini sebagai raja  dari era pasca-Perang Dingin. Tank ini menjadi standar untuk kombinasi ideal antara senjata, perlindungan dan mobilitas. Tidak ada tank yang memiliki catatan pertempuran melebihi Abram.
M1 Abrams telah berjuang dalam dua konflik besar yakni Perang Teluk Persia 1991 dan Perang Irak 2003-2010, menghancurkan puluhan tank musuh tanpa kehilangan satupun tank.

3. Leopard 2 (Jerman)
Jerman memproduksi Leopard 2 dalam banyak hal bisa disebut sebagai sepupu M1. Keduanya dikembangkan setelah kegagalan proyek tank Jerman-Amerika MBT-70. Dua tank identik dalam senjata dan kinerja, meskipun tank Amerika, dengan lambung depleted uranium, lebih berat dan lebih terlindungi.

Leopard 2 adalah yang tank terbaik Eropa saat ini.  Meski M1 Abrams telah membuat beberapa terobosan di pasar Eropa, Leopard 2 telah mendominasi di  negara-negara dari Spanyol hingga Turki dan Norwegia.
Hal ini  sebagian besar disebabkan karena Jerman telah telah menurunkan kekuatan tanknya hingga 90 persen sejak akhir Perang Dingin hingga banyak tank tidak dipakai dan dijual dengan harga relatif murah. Tidak bisa disangkal Leopard sebagai tank yang sangat populer.
Meskipun model yang tepat berbeda dari satu negara ke negara, NATO secara de facto melakukan standardisasi pada Leopard 2 terutama di unit campuran, lebih mudah untuk mengelola.

4. Merkava IV (Israel)
Pembangunan kelas yang sama sekali baru dari tank tempur utama Israel, sebuah negara kecil, tentu saja merupakan prestasi besar.

Pada saat pengenalan Merkava Israel telah terlibat tiga kali perang di mana ia kalah jumlah oleh pasukan tank Arab yang jauh lebih besar.
Dikombinasikan dengan populasi kecil di mana sedikit saja kehilangan personel akan sangat dirasakan, militer Israel membayangkan sebuah tank yang memiliki kemampuan defensif dan senjata di atas segalanya.
Merkava memiliki perlindungan yang sangat baik. Menara dan lambung frontal tajam faceted untuk menyajikan perlindungan lapis baja yang maksimal di semua sudut, memberikan keunggulan tersendiri.
Mesin tank berada di depan lambung, menempatkan besar, massa padat antara tembakan musuh dan kru. Baju besi diyakini menggunakan jenis baru semacam “baju besi hybrid,” dan modular sehingga dapat dengan cepat diganti.
Paling penting, tank memiliki sistem pelindung aktif Trophy, kombinasi sensor dan senjata  yang mampu menembak rudal atau amunisi yang menyerang.

5. Challenger 2 (Inggris)
                             Militari-today

Challenger 2 melengkapi Angkatan Darat Inggris. Meskipun didasarkan pada Challenger 1 tua, pendesainan ulang yang luas mengakibatkan tank dengan hanya memiliki lima persen sama dengan pendahulunya. Yang paling unik dibandingkan tank lain, Challenger 2 masih dilengkapi dengan rifled barrel meriam L30 120-millimeter.
Challenger 2 dianggap salah satu tank terbaik dalam hal perlindungan di dunia, dilengkapi dengan Chobham Armor generasi kedua,  matriks komposit keramik dan with steel-rolled homogeneous armor kualitas tinggi.
Hasilnya armor tank mampu mengalahkan energi kinetik dan ledak tinggi tembakan anti-tank.
Inggris saat ini sedang berencana untuk mengupgrade Challenger 2 dan mengevaluasi untuk melengkapi dengan sistem proteksi aktif mirip dengan Trophy Israel.









































Sabtu, 27 Agustus 2016

Selesai Uji Coba, Kapal Patroli M58 Pertama Thailand Siap Diserahterimakan

                                    Aseanmildef.com

Galangan kapal Marsun di Samutprakarn telah menyelesaikan serangkaian ujicoba kapal patroli M58 pertama buatan dalam negeri Thailand, Laemsing (561) dipersiapkan untuk diserahterimakan ke Angkatan Laut Kerajaan Thailand, ungkap perusahaan kepada IHS Jane pada hari Jumat, 26 Agustus 2016. Ujicoba dilakukan di Teluk Thailand pertengahan Agustus, adapun tes yang dlakukan meliputi tes kecepatan maksimum, verifikasi radius putaran, dan ujicoba lainnya, kata sumber dari perusahaan itu.

Laemsing merupakan kapal patroli terbesar yang dibangun oleh Marsun, diluncurkan pada Agustus 2015 di Thonburi Naval Dockyard milik Angkatan Laut Kerajaan Thailand di Bangkok. Kapal memiliki panjang sekitar 58 m, lebar 9,3 m, dan draft lambung 2,5 m. Ditenagai tiga mesin diesel Caterpillar tipe 3516C, dengan platform 520 ton dapat mencapai kecepatan maksimal 28 knot, dan kemampuan jelajah 2.500 NM pada kecepatan 15 knot. Meriam utama Oto Melara kaliber 76/62 mm, sebuah meriam dibelakang dengan kaliber 30 mm, dan dua buah senapan mesin kaliber 12,7 mm. 
Laemsing dijadwalkan diserahterimakan kepada Angkatan Laut Kerajaan Thailand akhir tahun ini. Kapal ini difungsikan sebagai pencarian dan penyelamatan, penjaga maritim, dan juga tugas-tugas pelayanan kepolisian. 















“Flying Radar” Rusia Segera Uji Terbang, Apa Bedanya dengan AWACS AS?

Pesawat Beriyev A-100 Premier “flying radar” atau “radar terbang” milik Rusia yang mampu mendeteksi target musuh dri jarak ratusan kilometer, akan melakukan penerbangan uji Maret mendatang.

Airborne early warning and control (AWACS) A-100 menggunakan elektronik onboard untuk melakukan jamming radar dan sistem komunikasi musuh yang berbeda dengan milik Amerika Serikat.
“Stasiun perang radio-elektronik AWACS Amerika ketika digunakan akan menghambat kerja radar sendiri dan mengganggu stasiun pengawasan onboard, yang membuat AWACS mereka kurang efektif dan juga lebih rentan,” kata ahli pertahanan Alexei Leonkov mengatakan kepada surat kabar Izvestia Sabtu 27 Agustus 2016.
Pesawat generasi kelima F-22 Raptor Amerika tidak bisa tanpa dukungan AWACS. Untuk tetap tak terlihat, mereka menyerang dengan radar dimatikan dan  bergantung sepenuhnya pada data penargetan yang disediakan oleh ” mata terbang” yang harus terbang dalam jarak 400 kilometer dari daerah pertempuran.
Dengan tidak memiliki sarana “kamuflase” elektronik  pesawat ini akan sangat mungkin dengan mudah menjadi mangsa sistem pertahanan udara S-400 Rusia.
Sebaliknya, sistem pertahanan onboard A-100 ini tidak mengganggu kinerja radar  membuat pesawat tidak mungkin untuk dikunci dan dilacak.
Penerbangan perdana A-100 untuk menguji semua sistem di udara dijadwalkan akan dilakukan bulan Maret tahun depan. Jika semuanya berjalan dengan baik, ” radar terbang” ini akan beroperasi pada 2018.
Pesawat ini dibangun dengan unit multilateration radar dengan sepasang antena array bertahap yang mampu mendeteksi pesawat tempur musuh pada jarak hingga 600 kilometer dan kapal permukaan hingga 400 kilometer.
“A-100 adalah proyek rahasia, tapi saya percaya mereka mungkin menggunakan elemen UHF kompak yang bekerja baik sebagai penerima dan pemancar. Ini terutama akan meningkatkan jangkauan dan akurasi radar, “tambah Leonkov.
A-100  juga dijuluki “a flying mushroom” atau “jamur terbang” karena kubah radar di atas pesawat yang menyerupai jamur. Pesawat ini merupakan upgrade dari A-50, pendahulunya yang pertama terbang pada tahun 1978 dan mulai beroperasi pada tahun 1984.


JT

Jet Tempur F-16C/D 52ID Jadi Penyangga Pertahanan Udara Natuna

Angkatan Udara Indonesia mengerahkan jet tempur F-16C/D 52ID ke Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin  Pekanbaru. Pesawat ini akan menggantikan F-16A/B yang lebih tua.

“F-16C/D akan beroperasi penuh di Roesmin Nurjadin dan menyangga (pertahanan udara) di Kepulauan Natuna. Ke depan pesawat itu bisa dioperasikan menuju ke Natuna secara langsung,” kata Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Marsekal Pertama Henri Alfiandi sebagaimana dikutip Antara Sabtu 27 Agustus 2016.
Ia menjelaskan saat ini sudah tiba sembilan unit pesawat di Lanud Roesmin Nurjadin. Sementara, sebagian lainnya masih berada di Lanud Iswahyudi, Madiun.
Di Madiun, teknisi sedang memasang rem udara pada pesawat hibah yang telah ditingkatkan kemampuannya tersebut. “Jika sudah selesai, maka akan terjadi transisi. F-16C/D segera beroperasi penuh di Lanud Roesmin,” jelasnya.
Menurut Danlanud, pemasangan rem udara tersebut bertujuan agar pesawat itu dapat beroperasi secara maksimal. Mengingat, landasan udara di Lanud Roesmin Nurjadin hanya berkisar 2.600 meter.
Lebih jauh, untuk mengoperasikan pesawat F-16C/D secara maksimal guna memperkuat pertahanan udara Kepulauan Natuna, dibutuhkan panjang landasan 3.000 meter.
“Walaupun yang ada sekarang sudah mencukupi, kita butuhkan (panjang landasan) 3.000 meter agar lebih maksimal,” ujarnya.
Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I Marsekal Muda Yuyu Sutisna dalam kunjungannya ke Pekanbaru mengatakan pesawat tempur F-16C/D 52ID akan segera memperkuat Lanud Roesmin Nurjadin.
Namun begitu, dia mengatakan untuk merealisasikan hal tersebut membutuhkan waktu karena masih banyak yang perlu diselesaikan. Diantaranya adalah kurangnya pilot yang dapat menerbangkan pesawat tempur tersebut serta menunggu perakitan di Madiun.
“Tapi diupayakan secepatnya,” kata Marsmud Yuyu.



Soal Intercept, F-15 Memang Lebih Baik Dari Raptor dan F-35


                             F-22 dan F-15 (Wikimedia)

Justin Bronk, Research Fellow yang mengkhususkan diri dalam kekuatan tempur udara di Royal United Services Institute, mengungkapkan F-15 yang pertama diperkenalkan empat dekade yang lalu, masih lebih berguna daripada F-22 atau F-35 dalam situasi tertentu.

F-15 adalah pesawat tempur superioritas udara  generasi keempat. Pesawat ini besar, cepat, gesit, dan membawa banyak senjata di bawah sayap di mana semua orang bisa melihatnya. Sifat ini menjadikan F-15 sempurna untuk mencegat pesawat musuh.
Bronk kepada Business Insider mengatakan bahwa ketika datang misi intersepsi, pesawat  harus bergerak tepat di sebelah pesawat, terbang bersama, memamerkan senjata, pergi pada frekuensi yang sama, mengatakan bahwa mereka sedang dicegat dan mereka berada di jalur untuk melanggar wilayah udara, dan untuk segera kembali.

“F-22 atau F-35 tidak boleh, dan dalam beberapa kasus, tidak bisa melakukan itu,” katanya
Keuntungan utama dari pesawat generasi kelima adalah kemampuan siluman dan kesadaran situasional. Bahkan pesawat terbaik di dunia membutuhkan keberuntungan untuk bisa melihat secara visual pesawat tempur generasi kelima, yang berarti bahwa mereka dapat mengatur dan mengontrol keterlibatan sepenuhnya.
Paradigma ini memang cocok dalam pertempuran, tetapi intersepsi membutuhkan pesawat yang berbeda.
Keuntungan dari F-22, dan khususnya F-35, sangat mengurangi jangkauan visual. Generasi kelima biasanya membawa amunisi mereka di dalam teluk bom internal, yang sangat bagus untuk siluman, tetapi tidak sesangar ketika rudal AIM-9 Sidewinder dipasang di sayap F-15.
Sederhananya, sebuah pesawat generasi kelima mengungkapkan dirinya kepada pesawat tempur generasi keempat ibaratnya seorang pemburu yang meletakkan senjatanya sebelum menghadapi binatang buas.


F-15 Eagle dipersenjatai dengan rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder dan AIM-120 yang dipasang di bawah  sayap.
“Pesawat generasi kelima tidak benar-benar diperlukan untuk intersepsi, pencegat yang lebih murah bisa melakukan pekerjaan itu dengan lebih baik,” kata Bronk.
Jet tempur generasi kelima akan sangat penting untuk memasuki ruang udara yang dijaga ketat oleh sistem pertahanan udara. Jika AS ingin masuk Korea Utara, atau ruang udara Iran kemampuan siluman dan kesadaran situasional mereka akan memberi kesempatan untuk pesawat menyelinap dan menyerang serta menyelinap keluar tanpa terdeteksi , tidak seperti F-15.
Dalam situasi intersepsi, tidak masuk akal untuk mengirimkan sebuah F-22 atau F-35 untuk sebuah pesawat yang lebih tua. F-15 lebih dari mampu memberikan pesan sendiri, dan siapa pun mereka yang dicegat akan tahu bahwa kekuatan penuh dari Angkatan Udara AS, termasuk pesawat generasi kelima berdiri di belakang mereka.









TNI AU Butuh Tambahan 1 Skadron Pesawat Tempur di Perbatasan

Ngamprah - TNI Angkatan Udara membutuhkan tambahan pesawat tempur dan helikopter untuk meningkatkan pengamanan di wilayah perbatasan nusantara. Saat ini, beberapa pesawat tempur juga tengah dalam proses pengadaan.

"Idealnya, kami butuh tambahan 1 skadron (14-16 unit) pesawat tempur di wilayah perbatasan. Namun, ini disesuaikan dengan ketersediaan anggaran di Kementerian Keuangan," kata Kadispen TNI AU Jemi Trisonjaya seusai menghadiri serah terima jabatan Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AU di Lembang, Jumat, 26 Agustus 2016.

Jemi menuturkan, pesawat tempur dan helikopter angkut yang siap beroperasi dibutuhkan di wilayah perbatasan nusantara, seperti Sumatra Utara, Kalimantan, dan Papua. Sebab, wilayah perbatasan dengan negara lain tersebut membutuhkan tingkat pengamanan tinggi.

Meski demikian, pihaknya tetap memaklumi keterbatasan anggaran pemerintah pusat. Dengan demikian, penggunaan pesawat tempur yang ada saat ini akan terus dioptimalkan.

Sementara untuk sejumlah pesawat tempur TNI AU, pihaknya tetap melakukan pemeliharaan sesuai dengan prosedur. Untuk itu, dia membantah jika pesawat tempur yang jatuh terjadi akibat kelalaian dalam pemeliharaan.

"Pesawat jatuh itu bisa disebabkan banyak hal, bisa faktor alam ataupun lainnya. Seperti mobil juga misalnya. Walaupun pemeliharaan sudah baik, bisa saja terjadi kecelakaan akibat faktor lain," ujarnya.



Pesawat LSU-02 dan UAV-Male Tampil di Ritech Expo 2016

Dalam pameran Ritech Expo yang diselenggarakan mulai Rabu, 10 Agustus sd. Sabtu, 13 Agustus 2016 di lapangan parkir Stadion Manahan Solo,  Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN ikut ambil bagian di stand C7 dengan memamerkan produk  LAPAN Surveillance UAV (LSU) tipe 02 dan Miniatur UAV untuk Medium Altitude Long Endurance (UAV-MALE) yang dikemas dalam konsep tema Maritime Surveillance System (MSS).

Melalui konsep ini diharapkan Pustekbang LAPAN dapat terus mengembangkan dan mengaplikasikan produk litbangyasa UAV nya untuk kepentingan maritime surveillance system, seperti pemantauan kapal dan  pemotretan garis pantai, namun juga untuk kepentingan mitigasi bencana, seperti pemantauan banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dll.

Sementara itu pada pembukaan pameran Ritech Expo, Mentri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhamad Nasir mengharapkan, kegiatan  pameran yang diikuti oleh lembaga lembaga Litbang Pemerintah, TNI, Perguruan Tinggi dan Pemda seluruh Indonesia ini mampu memberikan inspirasi dan rasa bangga atas keberhasilan putra- putri bangsa dengan karya baktinya yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini seiring dengan tema Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) Ke-21 tahun 2016 ini yaitu “Inovasi untuk kemandirian dan daya saing bangsa” yang dicanangkan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.

Selama 5 hari penyelenggaraan pameran Ritech Expo ini, beberapa stand LAPAN yang juga menampilkan produk Inovasi Unggulannya seperti Satelit LAPAN A2/LAPAN-Orari, LAPAN A3/LAPAN-IPB dan Pesawat N219, cukup menyita perhatian pengunjung, yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar dan mahasiswa, Pemda, dunia usaha serta masyarakat umum.


LAPAN













Jumat, 26 Agustus 2016

Apa Saja Rudal Korea Utara? Negara Mana yang Bisa Dijangkau?

Korea Utara terus melakukan penembakan rudal mereka. Seperti tidak peduli dengan kecaman dan sanksi, Pyongyang terus memamerkan kekuatan mematikan mereka yang bisa menghancurkan negara-negara yang jadi musuhnya.


Terakhir Korea meluncurkan rudal balistik dari kapal selam pada Rabu 24 Agustus 2016 diarahkan ke Jepang. Rudal terbang sekitar 500 km (311 mil) yang menunjukkan peningkatan kemampuan teknologi dalam peluncuran rudal dari kapal selam yang dikenal rumit dan sulit.
Pejabat di Staf Gabungan dan Departemen Pertahanan Korea Selatan kepada Reuters mengatakan rudal mencapai zona identifikasi pertahanan udara Jepang untuk pertama kalinya.
“Teknologi Submarine Launch Ballistic Missile (SLBM) Korea Utara tampaknya telah berkembang,” kata seorang pejabat militer Korea Selatan Reuters.
Komando Strategis AS mengatakan telah melacak apa diyakini rudal balistik kapal selam KN-11 dan menegaskan objek itu terbang sekitar 300 mil.
Sebelumnya rezim tertutup itu juga melakukan beberapa kali peluncuran rudal Musudan yang merupakan rudal jarak menengah.
Sebenarnya Korea Utara memiliki berapa jenis rudal dan berapa jangkauan masing-masing rudal tersebut. Negara-negara mana saja yang bisa dihantam oleh rudal jika diluncurkan dari Korea Utara? Mari kita lihat











Super Hercules Tetap Perkasa, 100 Pesanan Ada di Depan Mata

Lockheed Martin berpeluang untuk mendapatkan pesanan hingga 100 lebih pesawat angkut militer C-130J Super Hercules plus layanan dan peralatan dukungan untuk Amerika Serikat dan pelanggan asing di kendaraan kontrak baru yang diberikan pada 19 Agustus 2016.


Air Force Life Cycle Management Center (AFLCMC) mengatakan kepada FlightGlobal five year ordering contract (FYOC) mengakomodasi order yang dilakukan oleh pelanggan internasional.
Selain itu pemesanan juga bisa untuk pemerintah Amerika Serikat.
FYOC adalah pengumuman akuisisi besar kedua yang melibatkan C-130J dalam delapan bulan terakhir.
Desember lalu, USAF juga memerintahkan 78 C-130J di bawah pengadaan multi-tahun dengan nilai US$5,4 miliar  mulai 2018. Kontrak itu termasuk opsi untuk membeli hingga 10 pesawat lebih, termasuk lima untuk Coast Guard US dan lima untuk militer AS.
Lockheed sejauh ini telah menyampaikan 182 C-130J dan 50 KC-130J ke Korps Marinir Amerika Serikat, meninggalkan pesanan backlog untuk perusahaan sebanyak 72 pesawat.
Militer AS masih menginginkan lebih banyak C-130J. Dokumen anggaran yang dirilis pada bulan Januari menunjukkan USAF memiliki persyaratan untuk membeli 172 C-130J dan 131 gabungan varian AC-, MC- dan HC-130J untuk Komando Operasi Khusus AS. USAF juga memerintahkan C-130J dari Lockheed atas nama Angkatan Laut dan Korps Marinir, yang memiliki kebutuhan untuk membeli total 104 KC-130J.




Pembalasan, Pasukan Filipina Habisi 11 Militan Abu Sayyaf

                              (image : militer.info)

Manila - Pasukan Filipina membunuh 11 militan Abu Sayyaf, termasuk seorang komandannya, dalam sebuah serangan pada hari Jumat (26/8/2016). Serangan diluncurkan setelah seorang sandera asal Filipina dipenggal lantaran keluarganya tak mampu membayar uang tebusan.

Komandan militer regional di Filipina, Mayor Filemon Tan mengatakan 17 tentara Filipina terluka ketika terjadi pertempuran dengan kelompok Abu Sayyaf.

Pertempuran pecah ketika ratusan tentara Angkatan Darat Filipina mengepung kawasan hutan pegunungan di Patikul, Provinsi Sulu, di mana sekitar 100 militan Abu Sayyaf menyebar.

Di antara 11 militan Abu Sayyaf yang tewas adalah Amah Maas. Dia adalah komandan senior yang terlibat penculikan terhadap sandera asing termasuk dari Eropa untuk mendapatkan tebusan.

Serangan militer Filipina ini diluncurkan setelah Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan militernya untuk menghancurkan Abu Sayyaf. Perintah keluar tak lama setelah seorang sandera remaja Filipina, Patrick James Aldovar, 18, dieksekusi kelompok Abu Sayyaf pada hari Rabu.

”Perintah presiden adalah untuk memburu dan menghancurkan Abu Sayyaf, jadi itulah apa yang kita lakukan,” kata Tan, seperti dikutip New York Times.

Menurutnya, lebih dari 1.200 tentara, termasuk pasukan dari komando pasukan khusus, terlibat dalam serangan di Patikul dan pedalaman lainnya di Sulu.

Ribuan tentara tambahan telah diterbangkan oleh pesawat kargo C130 ke Sulu dan pulau terdekat di Basilan untuk membantu meluncurkan serangan terhadap Abu Sayyaf.

Abu Sayyaf telah masuk dalam daftar hitam sebagai organisasi teroris oleh AS dan Filipina. Kelompok ini telah terlibat pengeboman, penculikan dan eksekusi sandera.


Satkamla Lantamal V Uji Coba Sea Raider Baru

Lantamal V, (26/8) - Setelah selasa lalu Sea Raider diresmikan penggunaannya oleh Komandan Pangkalan Utama TNI AL V (Danlantamal V) Brigjen TNI (Mar) Rudy Andi Hamzah, S.A.P, Satuan Keamanan Laut (Satkamla) Lantamal V langsung tancap gas dengan melakukan uji coba Sea Raider barunya di Kolam Koarmatim dan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), Jumat (26/8) pagi.

Dalam uji coba tersebut, Dansatkamla Lantamal V Letkol Laut (P) Stanley Lekahena terjun langsung menjajal kendaraan yang memiliki kecepatan hingga 25 knots ini. Tampak hadir Pasops Satkamla Mayor Laut (P) Andi Susanto, Kasiops, Komandan KAL Warakas, serta para Komandan Patkamla dijajaran Satkamla mendampingi Dansatkamla dalam ujicoba kendaraan anyar tersebut.

Menurut Dansatkamla, kehadiran satu unit Sea Raider dijajarannya diakui akan menambah daya gedor dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta semakin mempertajam kemampuan Satkamla dalam upaya patroli pengamanan di APBS dan APTS yang menjadi salah satu wilayah kerja Satkamla Lantamal V.

Sea Raider  yang menjadi unsur terbaru masuk jajaran Satkamla Lantamal V ini memiliki panjang 7,5 M dan lebar 3 M dan daya bobot sebesar 2.200 kg, unsur ini mampu mengangkut delapan orang anggota Satkamla untuk melaksanakan patroli.

Selain itu sea raider ini dapat dipacu maksimum 25 knots yang dihasilkan dari mesin Yamaha 2 x 85 HP. Sea Raider ini  juga dilengkapai sistem GPS cangih, Sea Raider buatan PT. Lundin Industry Invest-Indonesia ini mampu melakukan pendeteksian dan pengejaran terhadap kapal-kapal yang melakukan pelanggaran.

“Dari hasil uji coba yang berlangsung selama dua jam ini, saya beserta staf Satkamla puas dan siap untuk segera melibatkan unsur tersebut dalam setiap kegiatan patroli untuk mengamankan APBS dan APTS,” tegas perwira berdarah Ambon ini.


F-35A Jepang Sukses Lakukan Penerbangan Perdana

Jet tempur F-35A yang dibangun untuk Angkatan Udara Jepang berhasil menyelesaikan penerbangan perdananya Rabu 24 Agustus 2016 di Fort Worth, Texas, Amerika Serikat. Jet yang dikenal sebagai AX-1 itu, lepas landas pada pukl 11;12 dan mendarat di 12;46 waktu setempat.
Jepang berencana membeli 42 F-35A. Empat pesawat pertama berada di perakitan di Fort Worth dan rencananya akan diberikan ke Jepang  sebelum akhir 2016. Sebanyak 38 pesawat sisanya akan dirakit di fasilitas perakitan akhir Industries Mitsubishi Heavy di Nagoya, Jepang.
Perakitan pesawat ini juga berlangsung di fasilitas Nagoya. pelatihan perawatan untuk pengelola Jepang pertama sudah dimulai di Eglin AFB, Florida, dan pelatihan pertama pilot F-35 akan dimulai di Luke AFB, Arizona pada November 2016.












Kamis, 25 Agustus 2016

Kini Tu-22M3 Dilengkapi Rudal Jelajah Yang Sulit Dibendung

Pembom jarak jauh Tu-22M3 Rusia akan dipersenjatai dengan rudal jelajah terbaru Kh-32 yang diklaim hampir tak terkalahkan untuk pertahanan udara dan jet pencegat musuh.


Rudal dipandu ini dikembangkan oleh Biro Desain Militer Raduga, bagian dari Tactical Missiles Corporation.
Setelah roket Kh-32 diluncurkan dari pesawat mencapai ketinggian hingga 40 km, memasuki stratosfer, dan kemudian dengan cepat turun pada sasaran. Sumber industri pertahanan kepada koran Rusia Izvestia Kamis 25 Agustus 2016 mengatakan saat ini, tes rudal baru tersebut sudah dalam tahap akhir
Tactical Missiles Corporation juga mengakui bahwa pihaknya tengah bekerja pada rudal Kh-32. Pertama-tama, rudal terbaru akan ditujukan untuk menghancurkan kapal perang musuh, stasiun radar dan target yang secara serius mendistorsi sinyal radar untuk pembom, termasuk jembatan, pangkalan militer dan pembangkit listrik.
“Setelah peluncuran, sebuah Kh-32 rudal mencapai ketinggian 40 km, dan kemudian terbang horizontal, mendekati target dan menyerang dari atas,” kata ahli militer Dmitry Kornev.
Menurut Kornev, Kh-32 memiliki sistem navigasi inersia dan sebuah stasiun radio-radar pencari target. Hal ini menjadikan rudal memiliki akurasi yang luar biasa dan tidak bergantung pada data GPS / GLONASS
Kornev menjelaskan. rudal ini diperkirakan akan memilikki rentang terbang hingga 1.000 km dengan kecepatan tidak kurang dari 5.000 kmh. Kombinasi kecepatan dan lintasan membuat Kh-32 hampir tak bisa dibendung oleh sistem pertahanan udara musuh dan pencegat.


Senjata utama pembom Tu-22M3 dan Tu-22M2 sampai saat ini adalah rudal Kh-22. “Ada lebih dari 10 resimen Tu-22M dengan Angkatan Laut Soviet. Setiap resimen terdiri 20 pembom Tu-22M yang bisa membawa 40-60 rudal Kh-22. Mereka digunakan untuk menyerang kelompok kapal induk AS,” kata sejarawan militer Dmitry Boltenkov. Perkembangan rudal Kh-32 dimulai pada awal 1990-an, dan peluncuran pertama seharusnya dilakukan pada pertengahan 2000-an.
Pada tahun 2013, gambar muncul menunjukkan pembom Tu-22M3 melakukan penerbangan uji dengan rudal Kh-32 di sebuah lapangan udara di luar Moskow.

















Skadron Helikopter 13 Akhirnya Diresmikan

TNI menggelar 1 unit helikopeter Bell 412, Mi 17 dan pesawat Cassa 21 dalam acara peresmian operasional Skadron Helikopter di Tanjung Redeb, Berau, Kamis (25/8/2016). 


Tanjung Redeb - Setelah dibangun sejak 2014 lalu, Skadron Helikopter 13 akhirnya diresmikan Panglima Kodam VI Mulawarman, Mayjen TNI Johny L Tobing, Kamis (25/8/2016).
Peresmian operasional Skadron Helikopter ini juga dihadiri jajaran TNI mulai dari Korem Aji Suryanatakesuma, Kodim Tanjung Redeb, Yon Armed, Kapolres Berau, Bupati dan Wakil Bupati Berau bersama jajarannya.
Dalam upacara peresmian tersebut, TNI juga menggelar 1 unit helikopeter Bell 412, Mi 17 dan pesawat Cassa 21.

Ditemui usai meresmikan Skadron Helikopter 13, Mayjen TNI Johny L Tobing mengatakan pembentukan satuan Skadron Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Pus Penerbad) ini merupakan bagian strategis Angkatan Darat sejak tahun 2010 sampai 2019.
“Jadi (pembentukan Skadron) ini telah melalui berbagai kajian yang matang, kami bentuk Skadron untuk menambah kekuatan militer untuk tujuan perang maupun mendukung operasi TNI lainnya, terutama di wilayah perbatasan,” ungkapnya.
Terpisah, Komandan Skadron Helikopeter 13, Letkol Slamet Riyadi mengatakan, untuk sementara ini hanya ada satu unit helikopter Bell 412 untuk mendukung logistik di Skadron 13.

Secara umum, satu skadron memiliki 32 unit helikopter dan akan dipenuhi secara bertahap.
“Penambahan helikopter ini akan dilakukan secara bertahap, tahun 2017 nanti juga akan ada pengadaan baru, jumlahnya juga masih belum diketahui, tergantung situasi karena Panglima TNI yang akan menentukan berapa kekuatan yang dibutuhkan,” jelasnya.
Rencananya, ada tiga jenis helikopter yang beroperasi di skadron ini, diantaranya Bell 412, Fennec dan Bolco. 


Ukraina Kirim Batch Pertama BTR-4M Korps Marinir TNI AL

Perusahaan Pertahanan Ukraina telah mengirim batch pertama dari kendaraan lapis baja beroda BTR-4M terbaru untuk Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Kapal Texel dengan kendaraan lapis baja beroda BTR-4M Ukraina ditemukan oleh Yoruk Isik selama transit di Bosphorus. Sebelumnya (Ukroboronprom) memenangkan tawaran dari Kementerian Pertahanan Indonesia untuk kendaraan lapis baja roda.

Kebutuhan total Indonesia untuk kendaraan lapis baja beroda adalah sebanyak 55 unit. Kendaraan lapis baja bagi Marinir TNI Angkatan Laut itu akan menggantikan BTR-50 yang telah mengalami penuaan.

Versi baru dari BTR-4M menggunakan mesin Deutz dan menerima paket upgrade yang memberikan kemampuan sepenuhnya amfibi. Kendaraan amfibi lapis baja baru dapat berenang di laut dan bernegosiasi hambatan air pedalaman tanpa perubahan konfigurasi.

Delegasi Angkatan Laut Indonesia, bersama-sama dengan perwakilan dari Korps Marinir Indonesia telah berhasil menyelesaikan program uji tembak hidup untuk BTR-4M tempur infanteri kendaraan baru di Ukraina pada bulan Juni 2016.





Defenceblog