Minggu, 21 Agustus 2016

T-50 Rusia Makin Memunculkan Tanda Tanya

Ingat tentang semua masalah dan biaya yang menimpa pada F-22 Raptor? Banyak yang mengatakan itu adalah penyakit Amerika. Sekarang Rusia tampaknya telah tertular dengan penyakit itu.
Pada pertengahan 2016 Rusia mengakui bahwa angkatan udara akan  akan memilih untuk upgrade Su-27/30-an daripada menunggu jet tempur siluman generasi kelima PAK-FA / T-50. Beberapa T-50 akan digunakan oleh Angkatan Udara Rusia tetapi tidak dalam jumlah besar.

Keputusan juga diambil India yang memiliki keterkaitan dengan T-50 yang akan dijadikan dasar pembangunan jet tempur generasi kelima mereka. India memutuskan untuk mengupgrade 194 Su-30MKI mereka dengan beberapa fitur T-50.
Meski pejabat India mengatakan pengembangan jet tempur generasi kelima akan jalan terus, sulit untuk menutupi bahwa keputusan upgrade yang akan menghabiskan dana besar sebagai gambaran ada masalah dalam jet tempur generasi kelima yang dikembangkan Rusia.
Angkatan udara India semakin ragu-ragu tentang seberapa cepat T-50 akan siap, berapa harganya dan seberapa efektif pesawat tersebut. Upgrade Su-30MKI akan mencakup pemasangan teluk bom internal, “super-cruise” (kemampuan untuk melakukan perjalanan pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner) dan upgrade elektronik yang akan mencakup peningkatan sensor dan kontrol kokpit agar lebih efisien.

Semua ini membuat Su-30MKI akan lebih stealthier karena akan dapat menggunakan radar pasif (penginderaan panas)  dan rudal jarak jauh.
Ini juga merupakan karakteristik dari pesawat stealth. Semua ini akan menelan biaya sekitar US$42 juta per pesawat. Ini akan memberi India apa yang disebut sebagai jet tempur generasi 4,5 yang tetap masih dibawah generasi ke-5 T-50
Pada akhir 2015 masih ada nada optimis. Kala itu kepala angkatan udara Rusia mengumumkan bahwa jet tempur T-50 mereka telah melewati semua tes penerbangan dan sekarang diperkirakan untuk masuk layanan pada tahun 2017.
Hal ini mengejutkan karena sebelumnya Rusia mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi jumlah produksi T-50 yang akan dibangun pada akhir dekade dari 52 hanya menjadi 12 pesawat saja.
Rusia sudah memiliki lima model pengembangan T-50 yang terbang, meskipun satu rusak karena terbakar. Rusia tidak menyebutkan alasan khusus kenapa mereka mengurangi jumlah pesawat yang akan dibeli. Namun para pejabat Angkatan Udara India telah mengkritik kemajuan program T-50 sejak 2015.
Pesawat ini dirancang sebagai jawaban Rusia untuk F-22 AS dan menurut India, yang telah memberikan kontribusi US$300 juta (sejauh ini) untuk pengembangan T-50 melalui perjanjian tahun 2007 berhak untuk memiliki akses ke rincian teknis. Rusia dituduh menolak untuk memberikan update perkembangan sesering dan sedetail yang India harapkan.

Menyembunyikan Masalah Sejak 2013


India tahu dari pengalaman bahwa ketika Rusia bungkam tentang proyek militer biasanya hal itu karena ada masalah buruk dan Rusia lebih suka tidak berbagi.
Rusia telah mencoba untuk menyembunyikan masalah T-50 sejak 2013, ketika pilot India dan pakar penerbangan memiliki kesempatan untuk memeriksa kemajuan Rusia dan mencatat bahwa T-50 tidak dapat diandalkan. Radar Rusia, yang menjanjikan begitu banyak kemampuan menurut India, tidak memiliki kinerja cukup. India juga mencatat bahwa fitur siluman T-50 tidak memuaskan.  Tetapi Rusia menegaskan semua itu hanya salah paham.

 
Pada awal tahun 2015 Rusia yang menggambarkan T-50 sebagai pesawat spesialis yang akan dibangun dalam jumlah kecil. Ini adalah apa yang Amerika Serikat akhirnya lakukan dengan F-22, yang mulai beroperasi pada tahun 2005.
Keputusan itu dipicu oleh masalah pembangunan dan harga akhir per pesawat yang dianggap (oleh Kongres) terlalu tinggi. F-35 yang dirancang lebih murah bergerak ke arah yang sama meskipun F-35 diuntungkan dari pengalaman F-22.
Harga F-35 akan terus turun seiring jumlah pesawat yang dibeli tingi. Sementara hanya dengan 195 F-22 yang dibangun, lebih dari sepuluh kali dari F-35 yang akan dibangun. Tapi itu kurang dari jumlah yang direncanakan.

 
Awalnya 750 F-22 direncanakan dilahirkan, dengan tidak ada ekspor. F-35 untuk diekspor dan diharapkan bahwa 1.000 atau lebih akan dijual di luar negeri. Namun meningkatnya biaya pengembangan dan produksi menyebabkan penurunan pesanan AS dan asing.
T-50 adalah pesawat tempur 34 ton yang lebih bermanuver dari 33 ton Su-27 yang akan digantikan. T-50 dijanjikan memiliki sistem elektronik jauh lebih baik,  kemampuan siluman dan dapat cruise di atas kecepatan suara.
Rusia menjanjikan kehidupan pesawat tempur pada 6.000 jam terbang dan mesin yang baik untuk 4.000 jam. Rusia menjanjikan avionik kelas dunia, ditambah kokpit sangat ramah pilot.
Penggunaan pendorong kuat dan fly-by-wire akan menghasilkan sebuah pesawat yang diyakini akan lebih bermanuver dari Su-30 yang telah sangat tangkas.
Masalah yang dihadapi India adalah bahwa tidak ada perbaikan yang menjadikan mereka layak untuk memberikan investasi tambahan.
Biaya T-50 setidaknya 50 persen lebih tinggi dibandingkan Su-27. Itu akan menjadi sekitar US$ 60 juta.
T-50 tidak dimaksudkan untuk menjadi pesaing langsung F-22 karena pesawat Rusia tidak stealth. Tetapi jika manuver dan elektronik canggih sesuai  janji, pesawat akan menjadi lawan tangguh untuk setiap jet tempur selain F-22.
Jika T-50 dijual harganya akan di bawah $ 100 juta dan akan memiliki banyak pembeli. Tapi kelihatannya T-50 akan lebih mahal. Untuk saat ini T-50 dan J-20 (dan J-31) China adalah satu-satunya pesaing potensial untuk F-22 yang dalam pembangunan.
Seperti F-22, biaya pengembangan T-50 juga meningkat, dan sepertinya T-50 akan menjadi setidaknya US$120 juta per unit  (termasuk bagian dari biaya pembangunan). Tetapi harga ini hanya  bisa dicapai jika 500 atau lebih pesawat yang diproduksi.  Rusia awalnya berharap untuk membangun sebanyak 1.000 T-50.

Lahir Langsung Usang
F-22 sangat mahal karena hanya dibangun sedikit. Pengembang Amerika sekarang sedang mencari cara untuk menerapkan kemampiuan siluman dan teknologi lainnya dari Raptor, untuk pengembangan UAV tempur.
Dengan demikian, pada saat T-50 memasuki layanan dalam jumlah besar pada tahun 2020-an itu mungkin sudah dibuat usang oleh pesawat tempur tanpa awak siluman yang lebih murah..

 
Amerika Serikat, Rusia, dan China semua bekerja pada penerapan teknologi stealth untuk UAV tempur. Dengan demikian produsi massal pesawat tempur generasi ke-6 tak berawak mungkin akan menjadi jet tempur terbaru.
T-50 terbang untuk pertama kalinya pada bulan Januari 2010, 13 tahun setelah F-22 melakukannya. Setelah T-50 terbang itu diyakini bahwa 70 model produksi pertama akan dipesan pada tahun 2016 dan akan disampaikan pada akhir dekade ini.
Jumlah pesanan kemudian dikurangi menjadi 52 dan dan kemudian dipangkas jadi 12. Beberapa prototipe itu harus diserahkan kepada Angkatan Udara Rusia atau pengujian tapi itu belum juga dilakukan.

 
Banyak pihak memastikan T-50 hampir tidak siluman seperti F-22, atau bahkan F-35 atau B-2. Rusia tampaknya akan menekankan manuver bukan siluman. India ingin lebih siluman dan akan lebih memilih pesawat dua kursi.
Masalah dengan mesin dan elektronik defensif T-50 terbukti sulit untuk dipecahkan. Hal ini menempatkan T-50 pada posisi kerugian besar dibanding F-22 atau F-35, yang mencoba untuk mendeteksi pesawat musuh pada jarak jauh, tanpa melihat, dan kemudian menembakkan rudal dipandu radar (seperti AMRAAM). Masalah ini tampaknya alasan utama untuk penundaan pesawat tersebut.
Rusia ingin mengekspor pesawat tempur generasi kelima ini ke India dan pelanggan asing lainnya. Dengan partisipasi India, Rusia sekarang memiliki dana miliaran dolar yang diperlukan untuk melaksanakan program pembangunan T-50.
India tidak hanya memberikan kontribusi uang tunai, tetapi juga teknologi dan kemampuan manufaktur. China tidak mungkin menjadi pembeli karena mereka memiliki dua desain pesawat siluman dalam pengembangan dan telah terbang.
Sementara India seperti telah berubah arah dengan memutuskan untuk upgrade besar-besaran pada armada Su-30MKI mereka. Di sisi lain Rusia juga telah mengatakan mempersiapkan masa depan penuh Su-30. Jadi semakin menunjukkan secara jelas bahwa T-50 memang ada masalah.


Jejaktapak














Tidak ada komentar:

Posting Komentar